Generasi milenial khususnya pecinta musik wajib tahu, di era 80an musik jazz fusion di tempati oleh musisi - musisi cerdas. Tak heran bila pada masa itu banyak sekali peminatnya.
Musik jazz fusion memiliki sejarah panjang dan kaya di Indonesia. Sebagai cabang jazz yang menggabungkan elemen pop, rock, funk, dan lainnya, genre ini berkembang dengan instrumen elektronik seperti synthesizer. Pada akhir 1970-an, genre ini mulai menemukan tempatnya di hati para penikmat musik Tanah Air. Temukan Informasi lain seputar musik Jazz di website https://www.hotsteamedjazz.com
Green Park dan Era Awal Jazz Fusion
Pada 1978, Green Park, sebuah kafe di Jakarta Teater, menjadi pusat berkumpulnya penikmat jazz. Salah satu musisi yang kerap tampil di sana adalah Chandra Darusman. Saat itu, Chandra memulai perjalanannya dengan band Chaseiro, yang dibentuk bersama teman-temannya di Universitas Indonesia. Nama Chaseiro merupakan akronim dari personelnya: Chandra Darusman, Helmi Elzar, Indra Kesuma, Irwan B. Indra Kusuma, Rizali Wilmar, Aswin Sastrowardoyo, Edwin Budioro, dan Omen Norman Sonny Sontani.
Band ini pertama kali dikenal melalui kompetisi Vita Grup di Radio Amigos, 1978. Salah satu lagu mereka yang terkenal adalah "Saat Ku Merasa Sendiri," yang hingga kini masih dikenang oleh penggemar jazz klasik.
Generasi Baru Jazz Fusion
Di saat yang sama, musisi seperti Jopie Item dan kelompok Bersama RM berusaha mendobrak selera pasar dengan mengusung bunyi yang lebih intelektual. Salah satu langkah berani Jopie adalah membentuk band Trans, yang beranggotakan Erwin Gutawa, Uce Haryono, Kusuma Wibi, dan Dandung. Band ini berhasil membuka jalan bagi band-band jazz fusion lain untuk mendapatkan tempat di industri musik Indonesia.
Pada 1981, Chandra Darusman menciptakan lagu ikonis "Manis Juwita," yang tetap hidup di hati pendengarnya hingga generasi sekarang. Lagu ini bahkan pernah dinyanyikan ulang oleh band Bunglon.
Krakatau dan Penetrasi Pasar Musik
Salah satu band yang paling ikonis dari era ini adalah Krakatau. Dibentuk oleh musisi berbakat seperti Prabudi Dharma, Dwiki Dharmawan, Donny Suhendra, Gilang Ramadhan, dan Trie Utami, Krakatau memadukan jazz fusion dengan elemen tradisional Indonesia. Lagu-lagu mereka, seperti "Cita-Cita dan Mimpi," menjadi tonggak penting dalam sejarah musik Tanah Air.
Karimata: Eksplorasi Jazz dan Tradisi
Pada 1985, Chandra Darusman bergabung dengan Karimata, band yang menggabungkan unsur jazz dengan musik etnis tradisional. Anggota lainnya termasuk Erwin Gutawa, Denny TR, Aminoto Kosin, dan Uce Haryono. Salah satu karya fenomenal mereka adalah lagu "Manis Karimata," yang dinyanyikan oleh Bill Perry.
Bhaskara dan Kenangan Masa Lalu
Band Bhaskara, yang dibentuk pada 1980-an, juga menjadi bagian penting dalam sejarah jazz fusion Indonesia. Dengan personel seperti Maulana, Udinsyah, dan Luluk Purwanto, mereka menciptakan musik yang ikonis. Salah satu karya mereka bahkan menjadi latar belakang program berita "Seputar Indonesia" di era lawas.
Kesimpulan
Era jazz fusion Indonesia di akhir 70-an hingga 80-an adalah masa di mana kreativitas dan kecerdasan musikal menjadi standar utama. Dengan musisi-musisi jenius yang menciptakan karya abadi, genre ini telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah musik Indonesia. Bagi penggemar musik, nostalgia ini mengingatkan kita akan masa ketika musik tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga cerminan inovasi dan identitas budaya.