Table of Content

Posts

๐ŸŽฌ Review Film Jalan Pulang (2025): Ketika Horor, Trauma, dan Gimik Bertabrakan di Jalan yang Gelap

Review film Jalan Pulang (2025) – kisah horor spiritual yang penuh ketegangan, plot buru-buru dan promosi gimmick “3 ratu horor"

Film Jalan pulang telah tayang di bioskop pada tanggal 19 juni 2025, film yang disutradarai oleh penulis thread bernama Jero Point tersebut menarik perhatian penggemar genre horor di tanah air. Mereka yang mengikuti thread Jero point pastinya penasaran, mengingat jero adalah penulis cerita horor yang handal. Kendati demikian filmnya cukup mendapat banyak review kurang bagus. Nah disini kami rangkum review dari berbagai sumber review film di sosial media. Baca review film yang lain di website Ngefilm

Sinopsis Film Jalan Pulang

Poster resmi trailer film jalan pulang 2025

Film Jalan Pulang membawa penonton ke dalam dunia mistis dan penuh misteri, berpusat pada Lastini (Luna Maya), seorang ibu yang mengalami rentetan kejadian aneh pasca kematian suaminya secara misterius.

Putrinya, Arum, menderita penyakit yang tak bisa dijelaskan secara medis. Setelah berbagai upaya gagal, Lastini menyadari bahwa ini bukan urusan rumah sakit—melainkan gangguan dari dunia mistis. Ulang tahun Arum yang jatuh pada tahun kabisat diyakini sebagai penanda penting yang bisa membawa keselamatan atau bencana.

Bersama dua anak lainnya, Lia (Taskya Namya) dan Rama (Rafan Al-Arian), Lastini menelusuri jalur penuh bahaya. Ia mendatangi dukun, orang pintar, dan para penjaga tradisi. Tapi di balik setiap petunjuk, tersimpan rahasia lama—tentang dosa masa lalu, karma, dan pengorbanan.

Trailer berdurasi dua menit memperlihatkan visual yang sunyi dan pekat, dengan selipan adegan gore dan jump scare. Jalan Pulang ingin tampil lebih dari sekadar film horor biasa. Ia mencoba menyentuh tema besar: ikatan ibu-anak, trauma, dan batas logika manusia.

Ulasan Lengkap: Jalan Cerita, Akting, dan Penyutradaraan

1. Plot Terlalu Ngebut, Karakter Kehilangan Napas

Film ini dibuka dengan intensitas tinggi dan terus melaju cepat, seolah tak memberi ruang bagi penonton untuk memahami karakter secara emosional. Kita tidak benar-benar diajak mengenal Lastini, memahami rasa kehilangan atau ketakutannya.

Perjalanan spiritual yang seharusnya pelan, dalam, dan menyayat, justru terasa seperti montage cepat. Kita hanya melihat potongan kejadian: dukun, ritual, mimpi buruk—tanpa penjelasan transisi atau refleksi dari karakter.

Alih-alih terasa seperti perjalanan batin, film ini justru seperti rangkuman lima thread horor Twitter yang dijahit tanpa logika dan tanpa jeda.

2. Ketegangan Emosional Tak Terbangun

Film horor yang bagus tidak hanya menakuti, tapi membuat penonton peduli. Sayangnya, Jalan Pulang gagal menciptakan koneksi itu. Hubungan Lastini dengan Arum tidak terasa mendalam. Bahkan ketika bahaya datang, sulit bagi penonton untuk ikut terhanyut karena tidak ada “investasi emosi” di awal.

Momen traumatis atau konflik batin pun berlalu begitu saja, cepat dan hampa. Banyak potensi dramatis yang dibiarkan lewat tanpa digali.

Atmosfer Horor dan Visual: Hitam Tapi Hambar

3. Jump Scare Banyak, tapi Basi

Jalan Pulang mengikuti formula horor lokal: suasana sunyi, musik mencekam, lalu... “BRAKK!!” jump scare. Sayangnya, efek kejut ini hanya berhasil di awal. Setelah beberapa kali, penonton mulai terbiasa dan kehilangan rasa takut.

Tak ada adegan horor yang benar-benar membekas atau membangun ketegangan panjang. Setiap momen horor terasa seperti notifikasi WhatsApp malam-malam—mengagetkan, tapi cepat terlupakan.

4. Visual Gelap, tapi Tidak Mencekam

Visual film ini konsisten kelam, tapi bukan kelam yang menakutkan. Lebih mirip filter abu-abu dengan opacity 30%. Detail sulit terlihat, dan pencahayaan justru membuat beberapa adegan membingungkan.

Editing juga jadi persoalan. Banyak adegan meloncat dari satu waktu ke waktu lain tanpa penanda. Flashback muncul tiba-tiba, malam berganti sore tanpa alasan. Ini membuat narasi makin sulit diikuti.

Gimik Pemasaran “3 Ratu Horor”: Janji yang Tak Ditepati

Salah satu strategi promosi film ini adalah menampilkan Luna Maya, Taskya Namya, dan satu “ratu horor” lainnya dalam poster dan trailer. Mereka dijuluki “3 ratu horor Indonesia”—dan ini jelas membuat ekspektasi publik melonjak.

Namun saat menonton, hanya Luna Maya yang mendapatkan sorotan. Taskya Namya dan pemeran satunya hanya muncul sekelebat. Mereka bukan pilar cerita, bahkan tidak mendukung perkembangan alur secara signifikan.

Ini membuat banyak penonton merasa tertipu. Bukannya melihat kolaborasi tiga aktris horor berpengalaman, yang terjadi justru tiga karakter figuran mewah.

Naskah dan Penyutradaraan: Ambisi Besar, Eksekusi Terburu-buru

Jalan Pulang ingin menyampaikan banyak hal: trauma keluarga, cinta ibu-anak, horor budaya, hingga pencarian spiritual. Tapi semuanya disampaikan sekaligus, tanpa ada satu tema pun yang digarap mendalam.

Alur cerita seperti terburu-buru, seolah kejar tayang. Karakter dilempar ke layar dan ditinggal begitu saja. Tak ada pembangunan cerita yang solid. Bahkan adegan penting—seperti ritual atau pengorbanan—terasa tidak memiliki bobot emosional.

Naskah film ini ibarat makanan yang kelihatan lezat tapi kurang garam dan belum matang benar. Ide-nya bagus, bahan-nya kuat, tapi racikannya lemah.

Kesimpulan: Horor Spiritual yang Gagal Menemukan Arah

Jalan Pulang adalah film horor spiritual yang punya potensi besar. Tema mistis, trauma keluarga, dan ikatan darah sangat menjanjikan. Tapi sayangnya, eksekusi yang terburu-buru, karakter yang dangkal, dan gimik pemasaran yang tidak jujur membuat film ini kehilangan arah.

Jika kamu penonton kasual yang hanya mencari horor ringan dan suka Luna Maya, mungkin film ini masih bisa dinikmati. Tapi jika kamu penggemar horor yang menuntut cerita solid dan atmosfer mencekam, film ini bukan jalan pulang yang kamu cari.

Hello guys.. Saya adalah Penulis Artikel Di Website Androidkom.

Post a Comment

Komentar Yang Sopan Ya